Pedahuluan
Latar belakang
Dalam
dunia filsafat ada bebera tokoh yang sangat berperan dalam disiplin ilmu
ini, pemikiran ,mereka tentunya sangat
dikagumi oleh orang banyak sehingga tak jarang pemikirran ini menghasilkan
suatu aliran tertentu. Di antara tokoh-tokoh filsafat yang terkenal adalah
‘’Rene Descartes’’. Dia terkenal dengan
pemikiran yang sangat rasional sehingga dalam kehidupannya ia sering kali
membicarakan mengenai sesuatu yang metafisik. Hal ini bukan berarti bahwa Rene
Descartes tidak mau membicarakan lagi yang real, akan tetapi Descartes lebih
menyukai hal-hal yang metafisik. Hal ini dibuktikan dengan perkataannya bahwa
‘’yang dapat membantu kita adalah metode
kesangsian untuk merenungkan segala sesuatu sampai tidak ada keraguan lagi’’.[1]
Dalam kata-katanya itu dia menegaskan bahwa segala sesuatu harus direnungkan dan terus direnungkan
sampai pkiran dan hati kita tidak menemukan lagi apa yang dia katakan sebagai
keragu-raguan. Baginya keyakinan atas segala sesuatu itu bisa ditemukan dengan
memformulasikan metode kesangsian tadi itu. Inilah beberapa pemikiran Descartes
yang paling terkenal diantara semua pemikirannya, dari pemikiran inilah banyak
orang menjustifikasikan Descartes sebagai seorang tokoh rasionalis.
Rene
Descartes adalah filsuf pertama yang
beraliran rasionalisme. Rasionalisme miliknya lebih ia tekankan pada pembahasan
bahasa dan matematika. Menurutnya bahasa dan matematika adalah dua hal yang
sangat mempengaruhi kemajuan filsafat dan begitupun sebaliknya, semakin orang
berfilsafat maka keilmuan tentang bahasa dan matematika akan terus berkembang
pula. Hal ini sesuai dengan perkataanya bahwa ‘’jika seorang tidak terlebih
dahulu belajar memahami bahasa dan membaca huruf-huruf yang dipakai untuk
menyusunya buku itu ditulis dalam bahasa matematika’’.[2]
Inilah mengapa Descartes sangat mengagumi kedua disiplin ilmu ini, sebab
Descartes adalah orang yang sangat mencintai filsafat. Pemahaman tentang bahasa
melalui metode matematika dengan melihat satu persatu huruf yang ada dalam
bahasa itu membuat kita dapat lebih mengerti akan filsafat. Sedangkan
matematika menurut Descartes adalah satu hal yang sangat berpengaruh dalam
ilmu-ilmu modern seperti sains dan ilmu alam.
Pembahasan
1.Biobrafi Rene Descartes
Rene
Descartes adalah filsuf yang berkewarganegaraan Prancis. Dia adalah seorang
yang ahli dalam bidang matematika kemudian dia pula-lah yang mempelopori
terbentuknya aliran filsafat yang kita kenal dengan rasionalisme. Dia disebut
sebagai bapak filsafat modern. Descartes lahir La haye pada 31 maret 1596. Ibunya
meninggal saat melahirkannya sedangkan ayahnya adalah sorang pengacara yang
aktif di dunia politik. Descartes berkata bahwa ‘’sewaktu kecil aku diasuh
dengan ilmu pengetahuan’’ hanya saja ia kerap kali menderita sakit.[3]
Descartes memang sudah dari kecil selalu diajarkan ilmu pengetahuan oleh
ayahnya kala itu, sehingganya tak heran saat kecil dia merupakan salah satu anak yang cerdas di
sekolahnya. Semasa bersekolah deescartes telah mempelajari ilmu astronomi, matematika, bahasa yunani, bahasa latin, geografi,
sejarah, sosiologi dan juga filsafat. Selanjutnya yang membuat dirinya menjadi
populer pada saat itu adalah pemikirannya di bidang filsafat, matematika, dan
bahasa. Pada tahu 1618 descartes mendapatkan gelar sarjana dalam bidang hukum,
kemudian setelah itu ia melanjutkan study di negeri Belanda untuk mengikuti
pelatihan militer untuk menjadi tentara. Saat Descartes telah menjadi anggota
militer lalu ia ditugaskan di kota Neubau dekat kota Ulm Jerman. [4]
Sepulul
tahun kemudian ia keluar dari keanggotaan militer yang pada saat itu ia berada
dalam pasukan Maurice dari Nassau agar bisa memiliki waktu luang unuk berfikir
dan menuangkan pikiran-pikirannya dalam sebuah tulisan. Minatnya kepada
metedologi penyatuan ilmu dianggap dan disebut-sebut distimulasikan oleh sebuah
mimpi ‘’berada disebuah ruang pemanas saat dia bertugas di Ulm pada waktu itu. Kemudian
Descartes menghabiskan waktunya untuk berkelana kemana-mana, kemudian ia
kembali ke Belanda pada tahun 1628. Sedikit saja yang diketahui tentang
kepribadiannya, namun kematian putrinya yang berumur 5 tahun, francine
membuatnya terpukul berat. [5]
Pada tahun 1649 Descartes melakukan perjalanan ke Swedia atas undangan Ratu
Cristina. Descartes saat di Swedia bertugas memberikan kuliah dipagi hari sekitar
pukul 5 pagi, sehingga Descartes terserang penyakit pneumonia dikarenakan ia
harus mengubah kebiasaan bangun siangnya. Penyakit inilah yang telah membuat
Descartes menghembuskan nafas terakirnya, dan kata-kata yang keluar terakir
kalinya saat itu adalah ‘’jadi, jiwaku sekarang waktunya kita berpisah’’.
2.Karya-karya
Descartes
Discours de la Methode, adalah karyanya
yang pertama pada tahun 1637. Sebagai pendahuluan dalam risalahnya, Dalam buku
tersebut Descartes membicarakan mengenai matematika dan fisika untuk
memperkenalkan konsep Cartesian temuannya. Konsep Cartesian ini berbicara
mengenai temuannya tentang keraguan.
Meditationes de prima Philoshopia, karya
yang kedua ini merupakan karyanya yang paling tekenal, bersama-sama dengan para
koleganya yang tak kalah cemerlang yang terbit pada tahun 1641. Kolega
Descartes saat itu seperti Johan de Karter, Mersene, Hobbes, dan Arnauld.
Prnicipia philoshopiae, adalah buku yang
terbit pada tahun 1644 yang kala itu Descartes mengangkat masalah teologi.
Les passion de i’ame, terbit pada 1649,
yang dibuatnya saat berada di Swedia untuk menjalankan tugas Ratu Cristina.
Buku ini adalah karya terakirnya sebelum dia menghembuskan nafas yang terakir
di tanah swedia.
3.Methode
of doubt
Teori
Descartes tentang pengetahuan dimulai dengan pencarian kepastian untuk sebuah
titik awal atau fondasi, yang diatas dasar ini saja perkembangan dan kemajuan
berfikir tentang segala sesuatu di mungkinkan.[6] Teori Descartes ini dikenal dengan metode
kesangsian atau keraguan (le daute
methodique). Metode ini hanyalah jalan untuk menemukan suatu kepastian
dasariah dan kebenaran yang kokoh (fundamentum
certum et inconcussum veritatis) mengenai suatu pengetahuan. Konsep meragukan
segala sesuatu yang telah diketahuinya adalah sesuatu yang harus lebih dulu dimulai
untuk mendapatkan nilai kebenaran dan kepastian dalam berfilsafat. Jadi tujuan
utuama Descartes dalam menciptakan teori ini adalah untuk dapat membedakan mana
yang benar dan mana yang salah. Dalam hal ini seorang Descartes tidak ingin
tertipu oleh berbagai macam pengetahuan yang berasal dari indra, rasio, dan
memori. Baginya semua pengetahuan tanpa
ada keraguan terhadapnya maka pengetahuan itu akan menghancurkan diri kita
sendiri. Descartes menafsirkan bahwa pengetahuan tanpa ada keraguan terhadapnya
akan membuat kita menghilangkan sikap kritis dan praduga sehingga baginya kita
akan terus terikat dengan pengetahuan-pengetahuan yang selalu kita yakini dengan
penuh seperti itu. Tugas yang tersisa bagi kita menurut pendapat Descartes
adalah menemukan titik kepastian dengan landasan berfikir ‘’cogito ergo sum’’ aku berfikir maka aku
ada.[7]
Dalam teorinya ini dia mengatakan bahwa pengetahuan yang diyakini tanpa
keraguan adalah merupakan sesosok setan yang berusaha merasuk dalam diri kita
agar kita selalu meyakininya sebagai kebenaran, padahal pada esensi dan
hakikatnya belum tentu seperti itu. Setan-setan ini tugasnya adalah membuat
kebenaran palsu agar kita percaya padanya kemudian kita akan selalu mengikuti
jalannya, dan pada akhirnya jiwa dan materi yang merupakan satu kesatuan yang
ada pada manusia akan serta-merta hancur dengan sendirinya. Ketika kita harus
kembali kepada pengertian berfikir maka sesuatu yang dianggap berfikir adalah
merenungkan, meragukan, mengamati, menolak, berimajinasi, dan merasakan. Semua
hal ini bagi Descartes adalah sebuah nilai yang dapat membentuk landasan berfikir
yang kokoh, seperti perkataanya bahwa ‘’aku hanyalah mahluk yang berfikir’’.[8]
Pada
dasarnya, seseorang yang mulai ragu secara otomatis dan dinamis pikirannya akan
semakin mendekati kebenaran. Descartes berasumsi bahwa diri yang ragu adalah
diri yang benar, dan setidaknya diri yang ragu itu bisa meyakini bahwa dirinya
sedang dalam keadaan ragu. Konsep tentang keyakinan akan keraguan diri itu
merupakan kepastian akan kesadaran tentang pengetahuan yang benar. Tidak akan mungkin seorang yang ragu akan
meragukan keraguannya sendiri, sehingga bagi Descartes kata ‘’ada’’ tersebut
merupakan keyakinan akan eksistensi dirinya. Sebagai contoh Descartes telah
menyampaikan sebuah perumpamaan, dimana
dia mengatakan bahwa manusia ibarat buah apel yang ada dalam sebuah keranjang.
Dalam keranjang itu terdapat buah apel yang busuk dan yang bagus, sehingga kita
harus membersihkannya dengan cara mengeluarkan yang busuk dan pada akhirnya
yang baguslah yang akan tersisa dalam keranjang itu. [9]
seperti itulah otak kita pada awalnya kata Descartes, akan tetapi dengan metode
yang dia tawarkan maka apel yang busuk dapat segera dikeluarkan dan yang akan
tersisa dalam otak kita hanyalah semua yang bersih dan segar tanpa ada keraguan
lagi didalamnya. Keyakinan akan apel yang bersih akan dapat kita temukan dan percaya
apabila kita dengan sadar telah melihat yang busuk itu kemudian setelah itu
maka kita membuangnya jauh-jauh. Pada awalnya kita meyakini bahkan membenarkan
bahwa semua apel yang ada dalam keranjang itu siap untuk dimakan, hal ini
dikarenakan kita telah tertipu dengan pengetahuan kita yang asal meyakini itu.
Akan tetapi setelah mengamatinya ternyata tidak semuanya bisa dimakan, sehingga
proses sortasi-pun dilakukan dengan tujuan agar yang tersisa hanyalah yang
bagus.
4.Tiga
Realitas
Descartes menegskan bahwa ada tiga
realitas atau substansi bawaan (ide-ide bawaan). Adapun ketiga realitas
tersebut antara lain adalah realitas pikiran, realitas materi, dan realitas
tuhan.[10]
a.
Realitas pikiran
atau ralitas kesadaran. Descartes beranggapan bahwa pikiran adalah sebuah jiwa
dan kesadaran atau realitas pikiran itu sudah ada semenjak kita lahir.
Menurutnya kesadaran ini dikarenakan ada campur tangan ilahiah didalamnya. Pikiran
menurutnya telah mengambil semua tempat yang kosong sehingga sudah tidak bisa
lagi dibagi menjadi bagian-bagian kecil. Pikiran bukanlah sebuah materi
melainkan adalah sebuah jiwa. Pikiran dan kesadaran merupakan suatu yang telah
diberikan tuhan kepada kita sebagai realitas yang paling tinggi. Oleh karena hal
ini telah diberikan tuhan kepada kita dari awal maka Descartes menganggap bahwa
pikiran adalah suatu ide bawaan.
b.
Realitas materi
atau keluasan. Bagi Descartes materi adalah sesuatu yang tidak memiliki
kesadaran. Materi merupakan sesuatu yang ontologi, karena materi sebenarnya
sudah ada sejak awal. Hanya saja materi ini bisa bersifat menipu karena ia
sering kali berubah. Oleh karena itu materi ini telah mengambil tempat yang
kosong akan tetapi ia masih dapat dibagi-bagi. Materi sangat berbeda dengan
pikiran atau jiwa, sebab ketika berbicara
materi maka ia adalah wujud yang dapat berubah bahkan bisa dibagi-bagi
dalam bentuk yang sangat kecil. Sifat dasar materi ini merupakan sesuatu yang
sudah ada sejak materi itu ada. Sehingga dapat disimppulkan bahwa materi
merupakan suatu ide bawaan.
c.
Realitas tuhan.
Tuhan merupakan realitas tertinggi bagi Descartes, sebab jiwa dan materi adalah
sesuatu yang di anugrahkan tuhan. Keduanya saling berhubungan satu sama lain,
tentunya dengan adanya sedikit dispensasi dari tuhan. Dispensasi ini yang telah
membuat kita sadar akan kesempurnaan tentang tuhan. Tuhan telah menjadikan jiwa
dan materi sebagai sesuatu yang memang sudah ada dalam diri manusia. Logika
Descartes adalah ketidaksempurnaan materi dan jiwa telah membuat sesuatu yang
sempurna itu nampak. Sehingga akan terjadi suatu dikotomi antara realitas tuhan
yang sempurna dan realitas materi dan jiwa yang tidak sempurna. Oleh karena
itu, sampai kapanpun kita akan menyadari bahwa tuhan adalah sesuatu yang paling
sempurna.[11]
.Kesimpulan
Rene
Descartes adalah seorang yang dijuluki sebagai bapak filsafat modern, dia
adalah seorang yang berkebangsaan Prancis. Descartes merupakan seorang ahli
matematika dan ilmu alam, baginya filsafat dan matematika adalah suatu hal yang
saling mempengaruhi karena filsafat hanya dapat dipahami dengan rumus-rumus
matematika. Descartes menyatakan bahwa matematika adalah logika tertinggi
dialam raya ini. Ada beberapa Pemikiran Descartes yang paling fenomenal,
diantaranya yaitu mengenai metode kesangsian atau keraguan. Segala ilmu
pengetahuan harus dimulai dengan metode ini, sebab dalam pengetahuan kita yang
berasal dari indra,rasio dan memori baginya masih terdapat sesuatu yang menipu.
Meragukan segala sesuatu adalah cara untuk mendapatkan kebenaran, oleh karena
itu dia memberikan solusi sebagai landasan berfikir yang tidak akan tergoyahkan
yaitu seperti kata-katanya ‘’aku
berfikir maka aku ada’’. Seseorang yang ragu tidak akan mungkin meragukan
dirinya, ini mengidentifikasikan bahwa kebenaran akan keraguan itu telah ada
dalam dirinya. Maka dengan berfikir kita akan dapat meyakini dan menyadari akan
adanya eksistensi dirinya sendiri.
Pemikiran
kedua Descartes yang paling fenomenal adalah bagaimana dia menyatakan bahwa
jiwa dan materi adalah dua hal yang berbeda akan tetapi mereka memiliki
hubungan spesial dan mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Jiwa adalah suatu
yang tidak bisa dibagi-bagi lagi, sedang materi adalah wujud yang bisa di bagi
dalam bagian-bagian kecil dan materi pada hakekatnya bisa berubah. Sehingga,
materi menurutnya tidak memiliki kesadaran akan dirinya. Dia memperkenalkan
teorinya itu sebagai substansi bawaan atau ide-ide bawaan. Substansi ini
berhubungan dengan realitas yang ada, sedang baginya relitas yang merupakan substansi
bawaan ada tiga hal, diantaranya yaitu realitas pikiran, realitas materi, dan
yang terakir adalah realitas tentang tuhan.
Daftar pustaka
1.
Blacburn, Simon.
2013. Kamus Filsafat. Yogyakarta:
Pustaka pelajar
2.
Hardiman, F.
Budi. 2007. Filsafat Fragmentaris. Yogyakarta: kanisius
3.
Ismail, Fu’ad
Farid dan Abdul Hamid Mutawalli. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat. Yogyakarta:
IRGISoD
4.
Rahman, maskur
Arif. 2013. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: IRGISod
5.
Tjahjadi, Simon
Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual; Konftontasi dengan para Filsuf dari
Zaman Yunani hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius
[1] The
liang Gie, Pengantar fisafat ilmu, (Yogyakarta:
Liberty Yogyakarta,2004), hal. 18
[3] Francisco
Budi Hardiman, Filsafat Modern, (Jakarta: Gramedia, 2007), hal. 35
[4] M. Arif
Rahman, Sejarah filsafat Barat, (Yogyakarta:
IRGISoD,2007), hal. 240
[5] Simon
Blackburn, Kamus Filsafat, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2013), hal. 233
[6] Ibid.,
hal. 234
[7] ibid
[8]
Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan
intelektual, (Yogyakarta: Kanisius,
2004), hal. 21
[9]
Fu’ad Farid Isma’il dan Abdul Hamid Mutawalli, Cara mudah Belajar Filsafat, (Yogyakarta: IRGISoD, 2012), hal.
72-73
[10] Simon
petrus L. Tjahjadi, Petualangan
intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hal. 21
[11] Maskur
Arif Rahman, Sejarah filsafat Barat, (Yogyakarta:
IRGISoD, 2013), hal. 243-244
Slots Online - Dr.CMD
BalasHapusPlay Casino Games 경기도 출장샵 for free. If 태백 출장안마 you've 상주 출장안마 been to Las Vegas and want to have fun gambling in your 세종특별자치 출장안마 local 거제 출장샵 area, you might have come to the right place.