Minggu, 16 November 2014

tokoh rasional


Pedahuluan
Latar belakang
            Dalam dunia filsafat ada bebera tokoh yang sangat berperan dalam disiplin ilmu ini,  pemikiran ,mereka tentunya sangat dikagumi oleh orang banyak sehingga tak jarang pemikirran ini menghasilkan suatu aliran tertentu. Di antara tokoh-tokoh filsafat yang terkenal adalah ‘’Rene Descartes’’.  Dia terkenal dengan pemikiran yang sangat rasional sehingga dalam kehidupannya ia sering kali membicarakan mengenai sesuatu yang metafisik. Hal ini bukan berarti bahwa Rene Descartes tidak mau membicarakan lagi yang real, akan tetapi Descartes lebih menyukai hal-hal yang metafisik. Hal ini dibuktikan dengan perkataannya bahwa ‘’yang dapat membantu kita adalah  metode kesangsian untuk merenungkan segala sesuatu sampai tidak ada keraguan lagi’’.[1] Dalam kata-katanya itu dia menegaskan bahwa segala sesuatu  harus direnungkan dan terus direnungkan sampai pkiran dan hati kita tidak menemukan lagi apa yang dia katakan sebagai keragu-raguan. Baginya keyakinan atas segala sesuatu itu bisa ditemukan dengan memformulasikan metode kesangsian tadi itu. Inilah beberapa pemikiran Descartes yang paling terkenal diantara semua pemikirannya, dari pemikiran inilah banyak orang menjustifikasikan Descartes sebagai seorang tokoh rasionalis.
            Rene Descartes adalah filsuf  pertama yang beraliran rasionalisme. Rasionalisme miliknya lebih ia tekankan pada pembahasan bahasa dan matematika. Menurutnya bahasa dan matematika adalah dua hal yang sangat mempengaruhi kemajuan filsafat dan begitupun sebaliknya, semakin orang berfilsafat maka keilmuan tentang bahasa dan matematika akan terus berkembang pula. Hal ini sesuai dengan perkataanya bahwa ‘’jika seorang tidak terlebih dahulu belajar memahami bahasa dan membaca huruf-huruf yang dipakai untuk menyusunya buku itu ditulis dalam bahasa matematika’’.[2] Inilah mengapa Descartes sangat mengagumi kedua disiplin ilmu ini, sebab Descartes adalah orang yang sangat mencintai filsafat. Pemahaman tentang bahasa melalui metode matematika dengan melihat satu persatu huruf yang ada dalam bahasa itu membuat kita dapat lebih mengerti akan filsafat. Sedangkan matematika menurut Descartes adalah satu hal yang sangat berpengaruh dalam ilmu-ilmu modern seperti sains dan ilmu alam.
Pembahasan
1.Biobrafi  Rene Descartes
            Rene Descartes adalah filsuf yang berkewarganegaraan Prancis. Dia adalah seorang yang ahli dalam bidang matematika kemudian dia pula-lah yang mempelopori terbentuknya aliran filsafat yang kita kenal dengan rasionalisme. Dia disebut sebagai bapak filsafat modern. Descartes lahir La haye pada 31 maret 1596. Ibunya meninggal saat melahirkannya sedangkan ayahnya adalah sorang pengacara yang aktif di dunia politik. Descartes berkata bahwa ‘’sewaktu kecil aku diasuh dengan ilmu pengetahuan’’ hanya saja ia kerap kali menderita sakit.[3] Descartes memang sudah dari kecil selalu diajarkan ilmu pengetahuan oleh ayahnya kala itu, sehingganya tak heran saat kecil  dia merupakan salah satu anak yang cerdas di sekolahnya. Semasa bersekolah deescartes telah mempelajari ilmu astronomi,  matematika, bahasa yunani, bahasa latin, geografi, sejarah, sosiologi dan juga filsafat. Selanjutnya yang membuat dirinya menjadi populer pada saat itu adalah pemikirannya di bidang filsafat, matematika, dan bahasa. Pada tahu 1618 descartes mendapatkan gelar sarjana dalam bidang hukum, kemudian setelah itu ia melanjutkan study di negeri Belanda untuk mengikuti pelatihan militer untuk menjadi tentara. Saat Descartes telah menjadi anggota militer lalu ia ditugaskan di kota Neubau dekat kota Ulm Jerman. [4]
            Sepulul tahun kemudian ia keluar dari keanggotaan militer yang pada saat itu ia berada dalam pasukan Maurice dari Nassau agar bisa memiliki waktu luang unuk berfikir dan menuangkan pikiran-pikirannya dalam sebuah tulisan. Minatnya kepada metedologi penyatuan ilmu dianggap dan disebut-sebut distimulasikan oleh sebuah mimpi ‘’berada disebuah ruang pemanas saat dia bertugas di Ulm pada waktu itu. Kemudian Descartes menghabiskan waktunya untuk berkelana kemana-mana, kemudian ia kembali ke Belanda pada tahun 1628. Sedikit saja yang diketahui tentang kepribadiannya, namun kematian putrinya yang berumur 5 tahun, francine membuatnya terpukul berat. [5] Pada tahun 1649 Descartes melakukan perjalanan ke Swedia atas undangan Ratu Cristina. Descartes saat di Swedia bertugas memberikan kuliah dipagi hari sekitar pukul 5 pagi, sehingga Descartes terserang penyakit pneumonia dikarenakan ia harus mengubah kebiasaan bangun siangnya. Penyakit inilah yang telah membuat Descartes menghembuskan nafas terakirnya, dan kata-kata yang keluar terakir kalinya saat itu adalah ‘’jadi, jiwaku sekarang waktunya kita berpisah’’.
2.Karya-karya Descartes
            Discours de la Methode, adalah karyanya yang pertama pada tahun 1637. Sebagai pendahuluan dalam risalahnya, Dalam buku tersebut Descartes membicarakan mengenai matematika dan fisika untuk memperkenalkan konsep Cartesian temuannya. Konsep Cartesian ini berbicara mengenai temuannya tentang keraguan.
            Meditationes de prima Philoshopia, karya yang kedua ini merupakan karyanya yang paling tekenal, bersama-sama dengan para koleganya yang tak kalah cemerlang yang terbit pada tahun 1641. Kolega Descartes saat itu seperti Johan de Karter, Mersene, Hobbes, dan Arnauld.
            Prnicipia philoshopiae, adalah buku yang terbit pada tahun 1644 yang kala itu Descartes mengangkat masalah teologi.
            Les passion de i’ame, terbit pada 1649, yang dibuatnya saat berada di Swedia untuk menjalankan tugas Ratu Cristina. Buku ini adalah karya terakirnya sebelum dia menghembuskan nafas yang terakir di tanah swedia.

3.Methode of doubt
            Teori Descartes tentang pengetahuan dimulai dengan pencarian kepastian untuk sebuah titik awal atau fondasi, yang diatas dasar ini saja perkembangan dan kemajuan berfikir tentang segala sesuatu di mungkinkan.[6]  Teori Descartes ini dikenal dengan metode kesangsian atau keraguan (le daute methodique). Metode ini hanyalah jalan untuk menemukan suatu kepastian dasariah dan kebenaran yang kokoh (fundamentum certum et inconcussum veritatis) mengenai suatu pengetahuan. Konsep meragukan segala sesuatu yang telah diketahuinya  adalah sesuatu yang harus lebih dulu dimulai untuk mendapatkan nilai kebenaran dan kepastian dalam berfilsafat. Jadi tujuan utuama Descartes dalam menciptakan teori ini adalah untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Dalam hal ini seorang Descartes tidak ingin tertipu oleh berbagai macam pengetahuan yang berasal dari indra, rasio, dan memori.  Baginya semua pengetahuan tanpa ada keraguan terhadapnya maka pengetahuan itu akan menghancurkan diri kita sendiri. Descartes menafsirkan bahwa pengetahuan tanpa ada keraguan terhadapnya akan membuat kita menghilangkan sikap kritis dan praduga sehingga baginya kita akan terus terikat dengan pengetahuan-pengetahuan yang selalu kita yakini dengan penuh seperti itu. Tugas yang tersisa bagi kita menurut pendapat Descartes adalah menemukan titik kepastian dengan landasan berfikir ‘’cogito ergo sum’’ aku berfikir maka aku ada.[7] Dalam teorinya ini dia mengatakan bahwa pengetahuan yang diyakini tanpa keraguan adalah merupakan sesosok setan yang berusaha merasuk dalam diri kita agar kita selalu meyakininya sebagai kebenaran, padahal pada esensi dan hakikatnya belum tentu seperti itu. Setan-setan ini tugasnya adalah membuat kebenaran palsu agar kita percaya padanya kemudian kita akan selalu mengikuti jalannya, dan pada akhirnya jiwa dan materi yang merupakan satu kesatuan yang ada pada manusia akan serta-merta hancur dengan sendirinya. Ketika kita harus kembali kepada pengertian berfikir maka sesuatu yang dianggap berfikir adalah merenungkan, meragukan, mengamati, menolak, berimajinasi, dan merasakan. Semua hal ini bagi Descartes adalah sebuah nilai yang dapat membentuk landasan berfikir yang kokoh, seperti perkataanya bahwa ‘’aku hanyalah mahluk yang berfikir’’.[8]     
            Pada dasarnya, seseorang yang mulai ragu secara otomatis dan dinamis pikirannya akan semakin mendekati kebenaran. Descartes berasumsi bahwa diri yang ragu adalah diri yang benar, dan setidaknya diri yang ragu itu bisa meyakini bahwa dirinya sedang dalam keadaan ragu. Konsep tentang keyakinan akan keraguan diri itu merupakan kepastian akan kesadaran tentang pengetahuan yang benar. Tidak akan mungkin seorang yang ragu akan meragukan keraguannya sendiri, sehingga bagi Descartes kata ‘’ada’’ tersebut merupakan keyakinan akan eksistensi dirinya. Sebagai contoh Descartes telah menyampaikan  sebuah perumpamaan, dimana dia mengatakan bahwa manusia ibarat buah apel yang ada dalam sebuah keranjang. Dalam keranjang itu terdapat buah apel yang busuk dan yang bagus, sehingga kita harus membersihkannya dengan cara mengeluarkan yang busuk dan pada akhirnya yang baguslah yang akan tersisa dalam keranjang itu. [9] seperti itulah otak kita pada awalnya kata Descartes, akan tetapi dengan metode yang dia tawarkan maka apel yang busuk dapat segera dikeluarkan dan yang akan tersisa dalam otak kita hanyalah semua yang bersih dan segar tanpa ada keraguan lagi didalamnya. Keyakinan akan apel yang bersih akan dapat kita temukan dan percaya apabila kita dengan sadar telah melihat yang busuk itu kemudian setelah itu maka kita membuangnya jauh-jauh. Pada awalnya kita meyakini bahkan membenarkan bahwa semua apel yang ada dalam keranjang itu siap untuk dimakan, hal ini dikarenakan kita telah tertipu dengan pengetahuan kita yang asal meyakini itu. Akan tetapi setelah mengamatinya ternyata tidak semuanya bisa dimakan, sehingga proses sortasi-pun dilakukan dengan tujuan agar yang tersisa hanyalah yang bagus.      

4.Tiga Realitas
            Descartes menegskan bahwa ada tiga realitas atau substansi bawaan (ide-ide bawaan). Adapun ketiga realitas tersebut antara lain adalah realitas pikiran, realitas materi, dan realitas tuhan.[10]
a.       Realitas pikiran atau ralitas kesadaran. Descartes beranggapan bahwa pikiran adalah sebuah jiwa dan kesadaran atau realitas pikiran itu sudah ada semenjak kita lahir. Menurutnya kesadaran ini dikarenakan ada campur tangan ilahiah didalamnya. Pikiran menurutnya telah mengambil semua tempat yang kosong sehingga sudah tidak bisa lagi dibagi menjadi bagian-bagian kecil. Pikiran bukanlah sebuah materi melainkan adalah sebuah jiwa. Pikiran dan kesadaran merupakan suatu yang telah diberikan tuhan kepada kita sebagai realitas yang paling tinggi. Oleh karena hal ini telah diberikan tuhan kepada kita dari awal maka Descartes menganggap bahwa pikiran adalah suatu ide bawaan.
b.      Realitas materi atau keluasan. Bagi Descartes materi adalah sesuatu yang tidak memiliki kesadaran. Materi merupakan sesuatu yang ontologi, karena materi sebenarnya sudah ada sejak awal. Hanya saja materi ini bisa bersifat menipu karena ia sering kali berubah. Oleh karena itu materi ini telah mengambil tempat yang kosong akan tetapi ia masih dapat dibagi-bagi. Materi sangat berbeda dengan pikiran atau jiwa, sebab ketika berbicara  materi maka ia adalah wujud yang dapat berubah bahkan bisa dibagi-bagi dalam bentuk yang sangat kecil. Sifat dasar materi ini merupakan sesuatu yang sudah ada sejak materi itu ada. Sehingga dapat disimppulkan bahwa materi merupakan suatu ide bawaan.
c.       Realitas tuhan. Tuhan merupakan realitas tertinggi bagi Descartes, sebab jiwa dan materi adalah sesuatu yang di anugrahkan tuhan. Keduanya saling berhubungan satu sama lain, tentunya dengan adanya sedikit dispensasi dari tuhan. Dispensasi ini yang telah membuat kita sadar akan kesempurnaan tentang tuhan. Tuhan telah menjadikan jiwa dan materi sebagai sesuatu yang memang sudah ada dalam diri manusia. Logika Descartes adalah ketidaksempurnaan materi dan jiwa telah membuat sesuatu yang sempurna itu nampak. Sehingga akan terjadi suatu dikotomi antara realitas tuhan yang sempurna dan realitas materi dan jiwa yang tidak sempurna. Oleh karena itu, sampai kapanpun kita akan menyadari bahwa tuhan adalah sesuatu yang paling sempurna.[11]    
.Kesimpulan
           
            Rene Descartes adalah seorang yang dijuluki sebagai bapak filsafat modern, dia adalah seorang yang berkebangsaan Prancis. Descartes merupakan seorang ahli matematika dan ilmu alam, baginya filsafat dan matematika adalah suatu hal yang saling mempengaruhi karena filsafat hanya dapat dipahami dengan rumus-rumus matematika. Descartes menyatakan bahwa matematika adalah logika tertinggi dialam raya ini. Ada beberapa Pemikiran Descartes yang paling fenomenal, diantaranya yaitu mengenai metode kesangsian atau keraguan. Segala ilmu pengetahuan harus dimulai dengan metode ini, sebab dalam pengetahuan kita yang berasal dari indra,rasio dan memori baginya masih terdapat sesuatu yang menipu. Meragukan segala sesuatu adalah cara untuk mendapatkan kebenaran, oleh karena itu dia memberikan solusi sebagai landasan berfikir yang tidak akan tergoyahkan yaitu seperti  kata-katanya ‘’aku berfikir maka aku ada’’. Seseorang yang ragu tidak akan mungkin meragukan dirinya, ini mengidentifikasikan bahwa kebenaran akan keraguan itu telah ada dalam dirinya. Maka dengan berfikir kita akan dapat meyakini dan menyadari akan adanya eksistensi dirinya sendiri.
            Pemikiran kedua Descartes yang paling fenomenal adalah bagaimana dia menyatakan bahwa jiwa dan materi adalah dua hal yang berbeda akan tetapi mereka memiliki hubungan spesial dan mereka bisa berinteraksi satu sama lain. Jiwa adalah suatu yang tidak bisa dibagi-bagi lagi, sedang materi adalah wujud yang bisa di bagi dalam bagian-bagian kecil dan materi pada hakekatnya bisa berubah. Sehingga, materi menurutnya tidak memiliki kesadaran akan dirinya. Dia memperkenalkan teorinya itu sebagai substansi bawaan atau ide-ide bawaan. Substansi ini berhubungan dengan realitas yang ada, sedang baginya relitas yang merupakan substansi bawaan ada tiga hal, diantaranya yaitu realitas pikiran, realitas materi, dan yang terakir adalah realitas tentang tuhan. 









Daftar pustaka

1.      Blacburn, Simon. 2013. Kamus Filsafat.  Yogyakarta: Pustaka pelajar
2.      Hardiman, F. Budi. 2007. Filsafat Fragmentaris. Yogyakarta: kanisius
3.      Ismail, Fu’ad Farid dan Abdul Hamid Mutawalli. 2012. Cara Mudah Belajar Filsafat. Yogyakarta: IRGISoD
4.      Rahman, maskur Arif. 2013. Sejarah Filsafat Barat. Yogyakarta: IRGISod
5.      Tjahjadi, Simon Petrus L. 2004. Petualangan Intelektual; Konftontasi dengan para Filsuf dari Zaman Yunani hingga Zaman Modern. Yogyakarta: Kanisius

















[1] The liang Gie, Pengantar fisafat ilmu, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta,2004), hal. 18
[2] Ibid, Hal. 19





[3] Francisco Budi Hardiman,  Filsafat Modern, (Jakarta: Gramedia, 2007), hal. 35
[4] M. Arif Rahman, Sejarah filsafat Barat, (Yogyakarta: IRGISoD,2007), hal. 240
[5] Simon Blackburn, Kamus Filsafat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), hal. 233
[6] Ibid., hal. 234
[7] ibid
[8] Simon Petrus L. Tjahjadi, Petualangan intelektual, (Yogyakarta:  Kanisius, 2004), hal. 21
[9] Fu’ad Farid Isma’il dan Abdul Hamid Mutawalli, Cara mudah Belajar Filsafat, (Yogyakarta: IRGISoD, 2012), hal. 72-73
[10] Simon petrus L. Tjahjadi, Petualangan intelektual, (Yogyakarta: Kanisius, 2004), hal. 21
[11] Maskur Arif Rahman, Sejarah filsafat Barat, (Yogyakarta: IRGISoD, 2013), hal. 243-244

1 komentar:

  1. Slots Online - Dr.CMD
    Play Casino Games 경기도 출장샵 for free. If 태백 출장안마 you've 상주 출장안마 been to Las Vegas and want to have fun gambling in your 세종특별자치 출장안마 local 거제 출장샵 area, you might have come to the right place.

    BalasHapus